Diary - 10 September 2025

Rabu, 10 September 2025 :

Pagi ini bertempatan pada hari rabu tanggal 10, aku membuka mata dengan rasa lelah yang belum sepenuhnya pergi. Namun, aku tahu tentang hari ini yang harus segera dimulai. Air mandi yang menyegarkan menjadi awal kecil untuk membersihkan rasa ngantuk yang tersisa. Setelah itu, secangkir kopi hangat hadir sebagai teman yang setia menemani pikiranku yang masih mencari arah untuk aku tuju.


‎Aku melangkah keluar dari kamar kos yang kecil ini dengan niat baik, berharap menemukan sebuah pekerjaan sampingan yang bisa sedikit meringankan langkahku di hari-hari yang mendatang. Aku mengetuk beberapa pintu, mencari kesempatan, tapi ternyata tak ada satu pun yang terbuka. Rasa kecewa sempat mampir, tapi aku belajar untuk tidak memeliharanya terlalu lama. Hidup memang tak selalu mudah seperti apa yang aku bayangkan, namun masi tetap ada ruang untuk diriku bersyukur.


‎Siang menjelma, perutku berteriak meminta haknya yaitu makan. Aku berjalan kaki, menapaki jalan yang terasa panjang, hanya untuk mencari warteg untuk sesuap nasi. Di tengah panas dan lelah, aku tersadar bahwa perjuangan kecil ini adalah bagian dari perjalanan. Mungkin sederhana bagi orang lain, tapi bagiku ini adalah bukti bahwa aku masih berusaha, dan masih tetap bertahan.


‎Sore menjelang, aku kembali pulang ke kamar kos ku yang kecil tapi selalu ada cerita. Tubuh yang sangat terasa letih, namun hatiku tak ingin menyerah.


‎Malam pun telah tiba kembali, membawa kesunyian yang menenangkan. Di kamar sederhana ini, aku duduk menulis keseharianku menuliskan rasa lelah, rasa bersyukur, dan mimpi yang telah aku padam kan kembali. Rangkain an kata-kata selalu menjadi sahabat, yang selalu menampung segala resah sekaligus menyalakan kembali api semangat yang hampir redup.



‎Pencapaian yang aku dapat, Hari ini aku belajar untuk tetap bersyukur meski hanya dengan apa adanya. Aku mungkin tidak mendapatkan pekerjaan sampingan buat menemani hari libur ku saat tidak masuk kampus, mungkin hanya berjalan kaki mencari makan, tapi aku masih bisa tersenyum pada hal-hal kecil yang menenangkan hatiku. Yang lebih berarti lagi, aku berhasil menanamkan sebuah benih kecil dengan bantuan teman-teman yang ada dikampus, sebuah komunitas sederhana yang lahir dari niat yang sangat baik. Komunitas ini mungkin belum begitu besar, tapi aku yakin akan menjadi tempat kita untuk saling berbagi cerita, menulis harapan, dan menemukan kekuatan bersama.

Hari ini bukan hanya tentang lelahnya mencari, tapi juga tentang indahnya menemukan bahwa bersyukur adalah pencapaian terbesar yanh kita dapatkan, dan persaudaraan adalah hadiah yang terindah.


‎- Ucup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

message for all of you.

Surat Semesta