Kehampaan Hidup yang Terasa
Pengantar
Di tengah derap langkah manusia yang terus berlari, di antara riuh rendah kehidupan yang berpura-pura bahagia, ada ruang kosong yang tak terisi—sunyi, lengang, dan dingin. Buku ini adalah nyanyian hening dari mereka yang diam-diam menjerit.
---
1. Kabut di Dalam Dada
Ada pagi yang tak menyapa, hanya cahaya pucat mengintip dari balik tirai harapan. Segalanya bergerak, namun jiwaku diam, terjebak dalam ruang bernama kekosongan.
Kehidupan ini seperti lukisan tanpa warna, menggantung di dinding kamar yang tak pernah dikunjungi. Aku menyentuhnya setiap hari dengan mata, tapi tak pernah merasa hidup dalam maknanya.
Bayang-Bayang Tanpa Tubuh
"Langkah-langkah ini tak menuju mana-mana, hanya mengitari kehampaan yang sama. Aku mendengar suara hati, tapi seperti gema dari ruang hampa."
---
2. Malam yang Tidak Tidur
Malam datang bukan untuk istirahat, tapi menjadi cermin yang memperbesar sunyi. Di atas bantal, aku menumpuk tanya, menggali makna dari hidup yang hambar.
Ada suara tawa di luar sana, tapi hatiku tidak ikut serta. Segalanya seakan berjalan normal, padahal ada yang runtuh pelan-pelan dalam dada.
Tidur yang Tak Pernah Nyenyak
"Kepalaku bersandar pada bantal penuh debu, penuh mimpi yang tak pernah tumbuh. Mataku terpejam, tapi jiwaku tetap berjaga, menghitung waktu dalam diam yang tak pernah reda."
---
3. Sinar yang Tak Menghangatkan
Mentari pagi menyusup masuk, tapi ia tak membawa kehangatan seperti dulu. Ada sinar yang terang tapi mati, menerangi ruang yang sudah kehilangan makna.
Aku berbicara pada bayangku sendiri, karena dunia terlalu sibuk untuk mendengar. Kebahagiaan jadi barang mewah, yang tak bisa dibeli dengan waktu atau tenaga.
Cahaya Tanpa Kehidupan
"Sinar pagi menyentuh wajahku, tapi hatiku tetap beku. Cahaya itu datang, tapi tak pernah menetap."
---
4. Orang-Orang yang Tak Melihat
Aku hidup di antara wajah-wajah penuh warna, tapi mataku hanya menangkap abu-abu. Orang-orang berjalan cepat, tapi aku tersesat di tengah keramaian.
Mereka berbicara tentang mimpi dan masa depan, sedangkan aku masih berjuang untuk bertahan. Bukan karena tak ingin bahagia, tapi karena lupa bagaimana caranya.
Lupa Caranya Bahagia
"Aku mencoba tertawa, tapi tak ada suara yang keluar. Kupaksakan senyum, tapi wajahku tetap kosong."
---
5. Rasa yang Tumpul
Segala sesuatu terasa hambar. Makanan hanya mengisi perut, bukan jiwa. Percakapan hanya mengisi waktu, bukan kedekatan. Pelukan hanya membungkus tubuh, bukan kehangatan.
Aku menjadi asing di tubuh sendiri, terjebak dalam rutinitas yang membunuh pelan-pelan. Hari berganti hari, tapi rasanya sama. Tak ada yang benar-benar berbeda.
Mati Rasa
"Aku pernah merasakan segalanya, tapi sekarang, bahkan rasa sakit pun enggan mampir. Bukan karena kuat, tapi karena terlalu sering kecewa."
---
6. Hari yang Tak Bertanya
Hari-hari datang dan pergi seperti tamu yang tak pernah disambut. Mereka mengetuk pintu hidupku, tapi aku terlalu lelah untuk menjawab.
Aku hanya duduk di sudut waktu, menonton detik-detik berlalu seperti daun-daun gugur yang tak dirindukan.
Kalender yang Kosong
"Setiap halaman kalender adalah pengingat betapa sunyinya hidup. Bukan karena tak ada peristiwa, tapi karena tak ada yang terasa berarti."
---
7. Senyum yang Dipaksakan
Ada senyum yang kutempel di wajah setiap hari, bukan karena bahagia, tapi karena tak ingin ditanya. Karena lebih mudah berpura-pura kuat ketimbang menjelaskan luka yang tak bisa terlihat.
Wajah yang Aku Kenakan
"Ini bukan aku, ini hanya topeng dari rasa malu. Aku mengenakannya setiap pagi, dan melepasnya hanya ketika sepi."
---
8. Hampa yang Menerka
Kadang aku bertanya, apakah ini semua hanya fase? Ataukah aku telah terjebak dalam lubang yang kubuat sendiri?
Tak ada jawaban yang datang, hanya gema dari pikiranku sendiri. Aku berjalan di lorong pikiran yang semakin sempit dan gelap.
Tanya yang Mengendap
"Aku bertanya, tapi tak ada yang menjawab. Bahkan diriku sendiri terlalu lelah untuk bicara."
---
9. Rindu yang Tak Bernama
Aku rindu sesuatu yang tak kukenal, sebuah rasa yang belum pernah kurasakan. Mungkin itu adalah kedamaian, atau sekadar pelukan yang tulus.
Terkadang, rindu bukan soal masa lalu, tapi tentang sesuatu yang belum pernah terjadi.
Bayang-Bayang yang Dirindukan
"Aku merindukanmu, padahal aku tak tahu siapa kamu. Mungkin kau hanyalah cerminan atas kekosongan yang lama bertakhta."
---
10. Akhir yang Tanpa Awal
Setiap malam kututup mata, berharap ada cahaya dalam gelap. Tapi yang kutemukan hanya kekosongan, yang menatapku lebih dalam dari cermin.
Barangkali hidup ini bukan soal mencari, tapi menerima bahwa tak semua harus ditemukan.
Diri yang Tak Kembali
"Aku berjalan menuju aku, tapi tak pernah sampai. Aku memanggil namaku sendiri, tapi yang menjawab hanyalah hening."
---
End. Sunyi yang Satu-Satunya Setia
Dalam semua hiruk pikuk dunia, hanya sunyi yang tak pernah pergi. Ia datang saat yang lain menjauh, duduk diam di sampingku, dan menatapku seperti sahabat lama.
Mungkin inilah hidup: tak selalu utuh, tak selalu penuh, tapi selalu ada ruang untuk menerima, meski hanya kehampaan yang terasa.
Damai di Tengah Sepi
"Bila dunia tak menjawab, biarlah aku berdiam. Bila hidup terlalu sunyi, kubiarkan ia jadi lagu."
"Dalam diam, kutemukan damai. Dalam hampa, kutemukan aku."
--- created by : Muhammad Maulana Firmansyah ---
Komentar